Kapanlagi.com - Pemutaran perdana film dokumenter JOSHUA TREE dilaksanakan di Metropole XXI, Megaria, DKI Jakarta pada hari Jumat, 5 Mei 2023 dihadiri oleh 150 penonton. Film yang mendapatkan nominasi Best Documentary Award merupakan persembahan dari Golden Collaboration dan Jeruk Bali yang menceritakan tentang Joshua, seorang remaja dengan autisme berat yang melawan ekspektasi dan mengalami kemajuan yang luar biasa.
Joshua merupakan anak dari ibu keturunan Chinese-Indonesia, dan ayah berkebangsaan Singapura. Joshua adalah anak kedua dari empat bersaudara, dan kakaknya, Immanuel, yang juga adalah kameramen dari film Joshua Tree, juga didiagnosis autisme namun sekarang sudah dapat menjalani kehidupan seperti masyarakat pada umumnya dan bahkan melanjutkan sekolah asrama di luar negeri. Joshua juga memiliki dua orang adik, dan seluruh keluarga Joshua berperan aktif dalam pembuatan film ini serta dalam tumbuh kembangnya.
Saat pandemi Covid 19, orangtua Joshua memiliki ide untuk membuat film tentang anak remaja laki-laki mereka yang mengalami autisme berat dan kemajuan luar biasanya selama enam bulan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kepekaan dan kesadaran bahwa orangtua dan pendamping anak-anak dengan autisme berat seringkali merasa putus asa saat orang yang mereka sayangi tersebut tumbuh ke masa remaja dan dewasa. Melalui dokumenter ini, mereka berharap untuk menunjukkan bahwa dengan lingkungan, asupan nutrisi, aktivitas fisik, dan pola pikir orang di sekitarnya yang tepat, sangat mungkin untuk membawa perubahan menakjubkan dalam hidup individu autistik.
1. Dukungan Keluarga
Manusia adalah bagian dari alam dan dapat dimetaforakan sebagai pohon. Seorang anak dalam spektrum autisme sangat memerlukan keluarganya. Sutradara melihat bahwa keluarga Joshua adalah inti dari semua ini, pohon tempat Joshua berpegang, berlindung, merasa aman dan berjalan terus menjalani hidupnya, atau dalam kata lain, keluarga adalah Joshua Tree. “JOSHUA TREE adalah suatu pesan mengenai cinta dan pengharapan. Bahwa individu dengan Autisme bisa terus berkembang dan belajar. Jangan pernah menyerah. Nikmati mereka dan keistimewaan yang mereka punya,” ujar Dr. Deibby Mamahit. Dr. Deibby Mamahit juga merupakan bagian dari Golden Collaboration, suatu segitiga kolaborasi bersama Gerd Winkler dan Rita Gendelman yang membantu keluarga dengan autisme lewat metode mereka yang unik dan efektif. Cerita inspiratif ini menarik perhatian dan akhirnya digarap oleh sutradara George Arif bersama tim produksinya, Jeruk Bali. “Secara organik selama beberapa tahun, saya diberi berkah untuk terlibat dalam beberapa film dokumenter tentang menjadi inklusif, tentang kawan difabel. Menarik. Cukup lama saya mengobservasi bagaimana belum siapnya kita menerima kawan-kawan ini. Apalagi kawan yang terlihat “berbeda” secara kasat mata, seperti teman dalam spektrum autisme atau teman dengan hydrocephalus misalnya. Saat saya dihubungi oleh Dr. Deibby Mamahit tentang film JOSHUA TREE, saya meresponnya dengan senang hati. Mengapa tidak? Kita bisa membuat film dengan penceritaan sinematik tentang ini,” ujar George.
2. Diproduksi Selama Dua Tahun
Film ini diproduksi selama 2 tahun, dengan footage yang kebanyakan terdiri atas rekaman online meeting dan kamera telepon genggam, serta sebagian footage diproduksi secara proper dengan kamera sinema. Bukan proses yang mudah, karena saat pasca produksi kita berenang dalam lautan rekaman online meeting yang puluhan jam dan kamera yang gelap terang bergoyang-goyang karena tidak dioperasikan oleh kru profesional. Namun, kedekatan personal ibu, kakak dan pengasuh Joshua akan jauh lebih berpengaruh pada kekuatan isi dan cerita, ketimbang kecanggihan kru profesional. Saat ini film ini dalam perjalanannya dalam festival film di berbagai negara. Sejauh ini JOSHUA TREE terpilih sebagai Official Selection London Best Documentary Award.
3. Potensi Luar Biasa Dalam Individu Autistik
Proyek kasih sayang ini juga akan diputar di berbagai kota di Indonesia serta di Singapura, dan harapannya lokasi pemutaran dapat bertambah agar merangkul lebih banyak orang untuk melihat bahwa ada potensi luar biasa dalam individu autistik. Film berdurasi 23 menit ini juga dapat diakses dan ditonton publik secara gratis di website pada periode terbatas yaitu 5-13 Mei 2023. Harapannya, JOSHUA TREE juga bisa menjadi inspirasi untuk setiap orang yang sedang mendampingi orang tersayang dengan autisme agar tidak berputus asa dan terus bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Sebuah kisah, sebuah perjuangan keluarga, sebuah kemungkinan akan masa depan lebih baik bagi teman dalam spektrum autisme, dan bagi kawan difabel lainnya. Semoga dapat menjadi sesuatu bagi kita, bagi Indonesia.
Comments